“ini
roti untukmu” ucapku sembari menyodorkan kotak makanan yang berisi roti. Roti
yang aku buat tadi pagi spesial hanya untuk kekasih tersayangku.
“terimakasih
sayang” jawabnya dengan wajah yang sulit aku deskripsikan. Sungguh aku menyukai
senyumnya. Senyumannya begitu manis. Semanis ucapannya yang begitu lembut.
Matanya pun indah. Seindah tatapannya yang membuat hatiku tenang. Tenang,
seperti air yang mengalir dengan perlahan.
Kekasihku,
sungguh dialah kekasih tersayangku. Dia mampu membuat hari-hariku terasa
menyenangakan walau pada kenyataanya banyak rintangan yang datang. Dia mampu
membuat hatiku bahagia meski nyatanya banyak kesedihan yang menghampiri.
Kekasihku kau adalah super hero bagiku.
“kenapa
diam? Ayo makan. Apa kamu tidak suka?” tanyaku perlahan dengan wajah yang
murung.
“astagfirullah,
bukannya aku tidak suka, sungguh aku suka tapi apa kamu sendiri sudah makan?”
ucapnya yang membuat hatiku tenang.
“oh, tadi aku sudah makan ko.”
“emm
kalau begitu aku makan rotinya ya”
Kini
roti yang dengan susah payah aku buat tepat berada pada genggamannya. Dengan
perlahan tangannya bergerak kea rah mulutnya. Aku sungguh bahagia melihatnya.
Tiba-tiba “bruuk” roti yang tadinya akan dia makan jatuh dari genggamannya.
Kenapa ini bisa terjadi? Rotinya… roti yang khusus aku buat untuknnya jatuh di
depan mataku.
Aku
tak kuasa melihatnya! Dadaku sakit melihatnya.
Dion,
kekasihku. Ia terdiam sebentar. Wajahnya terlihat kaget. Tapi aku , aku sangat
kecewa melihatnya.
“maaf
sayang, sungguh tadi hanya kecelakaan” ucapnya bergetar. Tanpa menjawab
pertanyaannya aku pergi begitu saja. Meninggalkan Dion dengan rona wajahnya
yang merasa bersalah. Bukannya aku tega,
tapi kejadian tadi sungguh mengecewakan. Sepotong roti yang aku buat dengan penuh kasih ternyata sia-sia.
Aku
terus berlari mencoba menjauh dari Dion. Mataku memerah berkaca-kaca. dan kini air
mata pertamaku jatuh perlahan. Sudah ku coba hapus dengan tanganku tapi sial! Ai
mataku mengalir dengan deras. Hingga seseorang menarik tanganku dari belakang
dengan kuat. Dia memaksaku masuk kedalam pelukan hangatnya.
“maafkan
aku sayang” suara lembutnya terdengar menenangkan. Dion! Kenapa dia bisa
disini? Ternyata Dion yang memelukku. Bisa ku rasakan detak jantungnya yang
begitu menggebu-gebu. Aku tau Dion memang tidak salah. Tapi entah mengapa aku
tidak bisa menerima semua yang tadi terjadi.
“tapi
rotinya kamu jatuhkan, aku kecewa Dion, aku kecewa!” jawabku dengan suara
lirih. Tak henti-henti air mataku mengalir membsahi baju dan dada Dion.
“aku
tau, tapi tolong maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud menyakitimu sayang”
Aku
melepaskan pelukannya, ku tatap matanya. Oh Tuhan dia menangis! Ada setetes air
mata yang melewati bibirnya. Matanya yang indah kini terbalut oleh bulir air
rasa bersalah. Berdosakah aku Tuhan?
“Dion?
Kamu menangis? Ayolah Dion kamu lelaki, hapus air matamu!” ucapku dengan
senyuman
“hapuslah
air mataku, dan aku akan menghapus air matamu.” Jawab Dion.
Kini
tangan lembutnya terasa oleh indra perabaku. Jemarinya menghapus air mataku. Begitu
lembut, sangat lembut. Begitu pula denganku, kini jemariku mencoba menghapus
air mata yang jatuh dibibirnya.
“maafkan
aku” suara Dion memohon.
“aku
memaafkanmu sayang”
Tangan Dion kembali
menarikku dalam pelukan hangatnya. Dion, Kekasih tercintaku.
No comments:
Post a Comment